Saat kita
menyadari bahwa semua nikmat yang diberikan Allah swt. pada hakikatnya adalah
milik Allah, maka kita akan mengetahui arti syukur yang sebenarnya. Pada suatu
hari, ada seorang kyai yang bertanya kepada santri-santrinya.
Kyai : “Para
santri putra, saat kalian melihat wanita cantik, apakah yang indah itu mata
kalian ataukah wanitanya?”
Santri putra
: “Yang indah wanitanya, kyai.”
Kyai : “Jawabannya
salah, coba tutupi mata kalian saat melihat wanita cantik, apakah kalian
melihat kecantikan wanita? Tentu tidak, sebab pada hakikatnya yang indah adalah
mata kalian bukan kecantikan seorang wanita. Kalian diberi oleh Allah mata yang
bisa melihat agar kalian mengetahui nikmat besar yang diberikan Allah kepada
kalian, lalu kalian disuruh memuji dan mensyukuri nikmat-Nya.”
Kyai : “Para
santri putri, saat kalian melihat pakaian yang bagus, apakah yang bagus itu
mata kalian ataukah pakaiannya?”
Santri putri
: “Yang bagus tentu pakaiannya, kyai.”
Kyai : “Jawaban
kalian salah, coba tutupi mata kalian ketika melihat pakaian, apakah kalian
melihat bagusnya pakaian? Tentu tidak, sebab pada hakikatnya yang bagus adalah
mata kalian bukan pakaiannya. Kalian dikasih Allah mata yang bisa melihat
adalah nikmat besar yang terkadang kita tidak menyadarinya.”
Dialog
diatas merupakan penjelasan singkat tentang bagaimana cara kita mensyukuri
nikmat-Nya. Allah swt. menciptakan mata agar kita bisa melihat keberadaan Allah
dalam ciptaan-Nya. Allah swt. menciptakan telinga agar kita bisa mendengar
firman-Nya. Dan Allah menciptakan hati agar kita mau merenungi keagungan-Nya. Sebagaimana
dijelaskan Allah swt. dalam salah satu firman-Nya :
“Dan
sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam dengan kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang
ternak, bahkan lebih sesat (hina) lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(QS. Al-A’raf : 179)
Jadi, kalau
kita mengetahui besarnya nikmat Allah dalam badan kita, maka kita akan
mengetahui hakikat keberadaan Allah. Segala sesuatu yang ada di bumi dan langit
adalah milik-Nya. Namun, kita bisa mengenal Allah lebih dekat dengan merenungi
dan mensyukuri apa yang Allah berikan kepada kita. Sekecil apa pun yang Allah
beri, kalau kita bisa mensyukurinya, itu jauh lebih dapat mengenal Allah
daripada banyak nikmat tapi malah mengingkari nikmat-Nya. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw. :
“Barangsiapa
mengenal (mengetahui) dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”
Wallahu
A’lam
al-Faqier
Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
08 Ramadhan
1436 H.