Jika ingin
menjadi orang yang cerdas, silahkan tiru Ibnu Sina. Orang cerdas menurut Islam
yaitu jika dirinya mendapatkan sebuah masalah cepat-cepat menghadap Allah swt.
Ibnu Sina kalau tidak paham pada suatu masalah, beliau langsung datang ke
masjid untuk mendirikan shalat sunnah dan minta kepada Allah swt.
Disamping
meminta kepada Allah swt., rahasia bagi orang yang ingin cerdas selanjutnya
yaitu suka bersedekah. Kalau ingin cerdas harus rajin bersedekah. Insya Allah
akan dijadikan Allah menjadi orang yang cerdas. Hal ini merupakan beberapa rahasia
kecerdasan Ibnu Sina.
Selain Ibnu
Sina, ada juga rahasia kecerdasan ulama besar (Hujjatul Islam) Imam
Ghazali. Suatu ketika, Imam Ghazali sedang menunaikan shalat bersama adiknya.
Sang adik melihat banyak darah bercecer di sekitar sajadah Imam Ghazali.
Waktu itu,
Imam Ghazali kaget kenapa adiknya sampai bisa melihat ada banyak darah di
sekitar sajadah kakaknya. Ternyata, saat sedang melaksanakan shalat, Imam
Ghazali sepintas memikirkan tentang masalah haid. Hal inilah yang membuat Imam
Ghazali semakin penasaran kepada adiknya. Beliau pun ingin tahu, siapa guru
adiknya itu sampai ia bisa mengetahui apa yang sedang dipikirkannya sewaktu
shalat.
Ketika Imam
Ghazali berguru kepada seorang tukang sol sepatu yang tidak lain adalah guru
dari adik Imam Ghazali. Dia kemudian mendapatkan perintah untuk membersihkan
halaman madrasah, namun tidak boleh menggunakan sapu melainkan harus memakai
tangan. Dengan ketaatan kepada gurunya itu, Imam Ghazali pun melaksanakan
dengan ikhlas perintah gurunya tersebut.
Setelah
berguru dan selesai menjalankan tugas. Imam Ghazali akhirnya dinyatakan
memiliki ilmu laduni (pemberian langsung dari Allah). Kemudian beliau melakukan
tirakat sujud di Masjid Al-Munawarah Madinah dan Masjidil Haram Makkah. Di dua
Masjid itulah, Allah swt. memberi ilmu laduni kepadanya. Setelah perjalanan
spiritual di dua Masjid itu, karya-karyanya lebih berbobot dari karya-karya sebelumnya.
Saya
teringat kisah Simbah KH. M. Arwani Kudus saat berguru kepada Simbah KH.
Manshur Popongan, Solo. Suatu hari, KH. Manshur memerintahkan 3 santri yang
salah satunya adalah KH. M. Arwani untuk membersihkan kamar mandi dan WC. Sebelum
melaksanakan tugas gurunya itu, kedua santri langsung bergegas ke kamarnya
untuk ganti pakaian yang biasa untuk ro’an (kerja bakti). Namun, berbeda
dengan KH. M. Arwani, beliau langsung menuju kamar mandi dan WC yang akan
dibersihkan tanpa mengganti dahulu pakaiannya. Karena beliau beranggapan
perintah guru harus langsung dilaksanakan tanpa suatu alasan ataupun
menunda-nunda. Dari peristiwa itulah, KH. Manshur kemudian mempercayakan
derajat Khalifah Thariqah (Mursyid Thariqah) kepada KH. M. Arwani karena
ketaatan dan penghormatannya kepada guru.
Ada juga
kisah tentang ketaatan KH. Hasyim Asy’ari kepada gurunya. Suatu hari, guru KH.
Hasyim Asy’ari, Syech Cholil Bangkalan, sedang didera kegelisahan. Usut punya
usut, ternyata istri gurunya itu baru saja kehilangan cincin emasnya. Sebagai seorang
santri yang hormat, perhatian dan taat kepada gurunya, KH. Hasyim Asy’ari pun
mencari kabar dimana Ibu Nyai kehilangan cincin emasnya. Akhirnya, diam-diam
KH. Hasyim Asy’ari mencari cincin emas istri gurunya itu di sekitar kamar mandi
dan WC, bahkan sampai beliau mencebur ke dalam kubangan kotoran manusia (safety
tank). Setelah cincin emas itu ditemukan beliau, keesokan harinya beliau
menghadap gurunya untuk memberikan cincin emas milik istri gurunya itu. Dari kisah
itu, Syech Cholil Bangkalan sangat takjub dan bangga dengan ketaatan dan
perhatian santrinya itu. Di kemudian hari, KH. Hasyim Asy’ari menjadi ulama
besar yang berhasil mencetak santri-santri yang seluruhnya menjadi ulama. Bahkan
Syech Cholil Bangkalan pun mengakui ke’aliman dan kecerdasan KH. Hasyim Asy’ari.
Maka, tidak mengherankan jika Syech Cholil Bangkalan pernah berguru ilmu hadits
kepada KH. Hasyim Asy’ari yang tidak lain pernah mondok di pesantrennya.
Ringkasnya,
bahwa jika ingin menjadi orang yang cerdas dan mendapatkan ilmu manfaat haruslah
taat kepada guru. Jangan sampai membenci gurunya karena berbeda pandangan
ataupun pemikiran, lebih-lebih sampai memusuhi gurunya. Meskipun orang itu cerdas,
tapi kalau masih berani (tidak hormat) kepada guru atau kyainya, nanti Allah
swt. akan mencabut ilmu-ilmunya dengan perlahan maupun spontan.
Jadilah
orang yang tawadhu' (rendah hati). Jangan menyombongkan diri karena memiliki
banyak ilmu. Contohlah Imam Ghazali,
walaupun sudah mendapatkan ilmu laduni tapi beliau setiap hari masih
suka membersihkan toilet masjid.
Selain Ibnu
Sina dan Imam Ghazali, ada juga Ibnu Rusyd. Kelebihan dari Ibnu Rusyd, suka berkumpul
dengan orang-orang shalih dan ‘alim. Kalau kita ingin mendapatkan ilmu manfaat
harus suka berkumpul dengan orang-orang shalih dan ‘alim. Nanti Allah sendiri
yang akan membuka hati kita supaya mendapatkan ilmu manfaat.
Wallahu
A’lam
Sumber : Situs
PBNU Dan Kisah Dari Kyai Sewaktu Di Pesantren
ADS HERE !!!