Kisah ini berawal dari rencana PT. Karya Toha Putra untuk mencetak Mushaf Qur’an Hafalan yang diantara slogannya yaitu “bersanad”. Perusahaan percetakan Al-Qur’an yang berada di Kota Semarang itu dinakhodai oleh 3 bersaudara, yaitu: Habib Hasan Al-Munawar, Habib Husain Al-Munawar, dan Habib Umar Al-Munawar. Pimpinan perusahaan menginginkan agar mushaf tersebut disertakan sanad dari Kudus. Namun, sebagai santri saya harus minta saran dan izin dulu pada guru saya, yaitu KH.M. Ulil Albab Arwani.
Setelah disepakati planningnya, akhirnya pimpinan perusahaan menugaskan saya selaku Tim Kreatif dan Supervisor untuk sowan ke Kudus, tepatnya di Ndalem Syaikhuna KH.M. Ulil Albab Arwani. Selanjutnya, saya menghubungi santri ndalem untuk konfirmasi apakah Abah Yai bisa menerima tamu dan kira-kira hari atau jam berapa Abah Yai bisa menerima tamu. Setelah mendapat konfirmasi dari santri ndalem, akhirnya disepakati sowannya pada hari Senin 14 September 2020.
Saat saya tiba di ndalem Abah Yai, ada beberapa tamu yang sedang sowan, saya pun menunggu giliran untuk menyampaikan maksud dan tujuan saya dan tim. Usai para tamu pulang, saya pun menyampaikan maksud kedatangan saya. Awalnya Abah Yai sangat asing dengan saya, sebab sejak tahun 2005 saya memang tidak pernah sowan langsung dengan beliau. Dan inilah momen sowan pertama saya setelah 15 tahun tidak pernah sowan beliau secara langsung.
Usai Abah Yai memberi penjelasan dan saran, beliau pun masuk ke ruang tengah dan menyuruh santri ndalem untuk mengeluarkan makanan. Setelah saya dan tim menikmati hidangan Abah Yai, Abah Yai pun keluar kembali untuk menemui saya dan tim. Disitulah, Abah Yai mulai menanyakan asal-usul saya dan menceritakan kegiatan beliau selama ini. Dan beliau pun mulai mengenali saya dan memberi pesan singkat yang padat. Beliau berpesan, “Punya sanad tapi tidak pernah nderes, ya sama saja”. Artinya, beliau menginginkan santri-santrinya untuk istiqomah nderes walaupun sudah atau tidak punya sanad. Apalah artinya sanad kalau tidak bisa istiqomah nderes.
Selanjutnya, saya pamit pulang dan minta doa kepada beliau. Setelah itu, saya minta foto dengan beliau untuk laporan ke perusahaan. Usai foto bersama, beliau minta nomor hp saya, saya pun memberikannya dengan senang hati dan beliau miscall ke nomor saya. Betapa gembiranya hati ini, beliau benar-benar perhatian pada santri-santrinya.
Alhamdulillah, sejak tahun 2005 atau setelah 15 tahun lamanya saya kembali bertemu atau tatap muka langsung dengan beliau. Walaupun saya beberapa kali bertemu dengan beliau melalui media mimpi, namun kali ini benar-benar pertemuan singkat yang penuh makna. Matur suwun Abah Yai, tanpa doa beliau saya bukanlah siapa-siapa.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Kaliwungu Kota Santri
ADS HERE !!!