Bagian Dua
Maqalah Ke-7
:
Yahya bin
Mu’adz ra. berkata : “Orang yang mulia tidak akan bermaksiat kepada Allah
dan orang yang bijaksana tidak akan mementingkan urusan dunia di atas urusan
akhirat.”
Maqalah Ke-8
:
Al-A’masy
ra. berkata : “Barangsiapa yang tujuan dasar dalam membelanjakan hartanya
karena takwa, maka sepak terjangnya akan menguntungkan bagi agamanya. Dan barangsiapa
yang tujuan dasar dalam membelanjakan hartanya karena urusan dunia (saja), maka
sepak terjangnya akan merugikan agamanya.”
Nama Al-A’masy
ra. adalah Syech Sulaiman bin Mahran al-Kufi.
Maqalah Ke-9
:
Sufyan
ats-Tsauri ra. berkata : “Setiap maksiat yang berasal dari nafsu (syahwat),
maka hal itu ada harapan akan diampuni dosa-dosanya. Sedangkan setiap maksiat
yang berasal dari sikap sombong, maka hal itu tidak ada harapan akan diampuni
dosa-dosanya. Sebab, sesungguhnya maksiat Iblis berasal dari sikap sombong. Dan
sesungguhnya kesalahan Nabi Adam as. berasal dari nafsu (syahwat).”
Sikap
sombong Iblis dilakukan saat diperintah oleh Allah swt. untuk menghormati Nabi
Adam as., namun Iblis menolak perintah-Nya karena Iblis merasa lebih baik
daripada Nabi Adam as. Sedangkan kesalahan Nabi Adam as. dilakukan saat ia
tidak bisa menahan nafsunya (syahwatnya) untuk mencicipi buah Khuldi.
Sufyan
ats-Tsauri ra. adalah salah satu guru Imam Malik ra.
Maqalah
Ke-10 :
Sebagian
Ahli Zuhud berkata : “Barangsiapa yang melakukan dosa lalu ia tertawa, maka
sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dengan menangis
(bersedih). Dan barangsiapa yang patuh (kepada Allah) dengan menangis, maka
sesungguhnya Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan tertawa (bahagia).”
Maqalah Ke-11
:
Sebagian
Ahli Hikmah (waliyullah) berkata : “Janganlah kamu sekalian
meremehkan dosa-dosa yang kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil adalah
bagian dari dosa-dosa besar.”
Sebab,
terkadang kemurkaan Allah terjadi saat dosa-dosa kecil dilakukan oleh
seseorang.
Maqalah Ke-12
:
Nabi saw.
bersabda : “Bukanlah dinamakan dosa kecil dengan disertai melanggengkan
(perbuatan dosanya). Dan tidaklah dinamakan dosa besar dengan disertai meminta
ampunan.” (HR. Dailami)
Maksudnya,
dosa-dosa kecil yang dilakukan terus-menerus atau melanggengkannya akan menjadi
dosa yang besar. Sebab, niat melakukan maksiat saja sudah terhitung perbuatan
maksiat. Dan meminta ampunan (tobat) akan menjadi penghapus bagi dosa-dosa
besar yang dilakukan.
Wallahu
A’lam
al-Faqier
Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
Kaliwungu
Kota Santri
ADS HERE !!!