Seiring berjalannya demokrasi di Indonesia yang dibarengi dengan runtuhnya Orde Baru yang cenderung otoriter dan represif. Rakyat Indonesia mulai merasakan indahnya berdemokrasi dengan mengadakan pemilihan langsung tanpa campur tangan pemerintah. Rakyat bebas memilih siapa yang pantas dipilih dan rakyat bebas mengkritik siapa yang harus dikritik.
Akan tetapi, setelah lebih dari 15 tahun reformasi berjalan, demokrasi di Indonesia mulai diisi dengan hal-hal yang melanggar dan menyimpang dari arti demokrasi itu sendiri. Rakyat seolah-olah diajari oleh para politisi untuk berbuat curang dengan menghalalkan money politic. Rakyat juga diajari oleh para politisi untuk mengkritik pemerintah dengan cara membabi buta tanpa aturan dan tata karma dengan menebar kebencian, fitnah dan hoax (berita bohong).
Ironis, usia yang sudah 15 tahun lebih, demokrasi di Indonesia mulai dikotori oleh ulah para politisi yang haus kekuasaan. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai nafsu politiknya. Tidak hanya menebar hoax, mereka juga menggunakan agama sebagai umpan untuk meraih dukungan rakyat. Bahkan ayat-ayat Al-Qur’an pun dijadikan bahan untuk menyerang lawan, walaupun sebenarnya lawannya adalah saudara seiman.
Politisasi Agama
Banyak politisi yang menggunakan agama sebagai kendaraan untuk mencapai syahwat politiknya. Baik dengan cara mengatasnamakan agama dalam setiap pernyataan resminya maupun menghina orang lain sesama muslim.
Sejarah mencatat, bahwa politisasi agama sudah muncul pada masa kekuasaan Khalifah Utsman hingga terbunuhnya Khalifah Utsman di tangan para pendemo yang jumlahnya kurang lebih 500 orang. Mereka merasa tidak puas dengan kinerja khalifah dan menuduh khalifah telah berbuat zalim dengan mengangkat kerabat dan sahabat sebagai pejabat.
|
Kisruh di Gedung DPR/MPR |
Hari ini, kita menyaksikan sendiri tidak sedikit rakyat Indonesia yang mulai terhasut oleh hasutan politisi busuk yang tak beradab. Mereka menuduh pemerintah sebagai dalang ketidakadilan dan kelesuan ekonomi serta kriminalisasi. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, semua persoalan yang terjadi di Indonesia ditimpakan kepada pemerintah. Jadi, semua problem yang terjadi adalah karena ulah pemerintah.
Beruntung, karena masih adanya politisi yang beradab yang masih mementingkan kemaslahatan rakyat dan umat. Sehingga hujatan, hinaan, fitnah dan kebencian politisi biadab terhadap pemerintah bisa dikonter dengan baik.
Tidak semua politisi adalah busuk dan tidak semua politisi berperilaku biadab. Karena banyak juga politisi yang tetap santun dan membela kepentingan rakyat. Politisi biadab adalah politisi yang suka menebar kebencian, hujatan, hinaan, fitnah, dan mempermainkan amanat rakyat. Sedangkan politisi beradab adalah politisi yang bijak dalam bersikap, berperilaku baik, tidak bermain KKN, dan lebih mementingkan kepentingan dan kemaslahatan rakyat.
Wallahu A’lam
Al-Faqier Ila Rahmati Rabbih
Saifur Ashaqi
Kaliwungu Kota Santri
ADS HERE !!!