Firman Allah Swt. :
Apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu Kitab Suci (Al-Qur’an), itulah yang benar yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. Kemudian, Kitab Suci itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu, di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Itulah (dianugerahkannya kitab suci adalah) karunia yang besar. (Balasan mereka [ketiganya] di akhirat adalah) surga ‘Adn yang mereka masuki. Di dalamnya mereka dihiasi gelang-gelang dari emas dan mutiara. Pakaian mereka di dalamnya adalah sutra. (QS. Fathir: 31-33)
Ayat diatas menerangkan tiga kelompok yang dipilih oleh Allah secara langsung sebagai pewaris kitabullah,yakni Al-Qur'an. Dalam redaksi ayatnya, Allah menggunakan kata ‘ibad yang dalam Al-Qur'an menunjukkan arti hamba-hamba yang taat atau telah menyadari dosanya, meskipun kehidupannya masih diliputi maksiat dan dosa. Pengelompokan ini untuk menunjukkan kualitas dan tingkat ketakwaan masing-masing.
1.) Kelompok pertama yang disebutkan dalam ayat ini adalah dhalimun linafsihi/yang menzalimi diri sendiri. Kelompok ini dipahami oleh ulama sebagai orang muslim yang melakukan dosa namun juga termasuk penghuni surga. Sahabat Umar ketika membaca ayat ini berkata: “Yang zalim di antara kita diampuni Allah.” Sahabat yang lain seperti Utsman bin Affan, Abu Ad-Darda', Ibnu Mas‘ud, Uqbah bin Amr, dan Aisyah, serta diperkuat pula oleh satu riwayat dari Abu Sa‘id Al-Khudri yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi yang menyebutkan bahwa suatu ketika Nabi saw. membaca ayat ini lalu bersabda, “Mereka semua dalam satu kedudukan dan mereka semua di dalam surga.”
2.) Kelompok kedua adalah kelompok muqtashid atau pertengahan, yaitu orang yang berserah diri kepada Allah dengan harapan amalnya dapat diterima dan mereka ini berada di antara takut dan harapan.
3.) Kelompok ketiga adalah sabiqun bil-khairat yaitu orang yang berlomba dalam kebajikan dan mencapai batas yang dituju yang mendahului selainnya. Menurut Ja‘far Ash-Shadiq, penempatan kelompok ketiga ini di akhir adalah agar jangan ada seorang pun yang merasa aman dari ketetapan Allah. Selain itu, bisa jadi dekat dengan uraian masuk surga pada ayat selanjutnya yang mengisyaratkan bahwa merekalah yang terdekat dengan surga.
Adapun dalam terjemah Kemenag RI (2019) dijelaskan, bahwa ungkapan “menzalimi diri sendiri” berarti melakukan dosa, sedangkan kata “pertengahan” mengacu kepada orang yang melakukan amalan yang wajib saja dan menjauhi dosa. Sedangkan “orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan” adalah orang-orang yang tidak hanya mengerjakan yang wajib, tetapi juga mengerjakan yang sunah.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi disebutkan, bahwa Rasulullah saw. pernah membahas tentang kedudukan atau tingkatan para penghafal Al-Qur’an (hafidz/hafidzah) sebagai berikut:
Allah Azza wa Jalla berfirman: “Kemudian, kitab (Al-Qur’an) itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah…” (QS. Fathir: 32). Adapun mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan, mereka itulah yang akan masuk surga tanpa hisab, dan mereka yang pertengahan adalah mereka yang akan dimudahkan hisabnya. Sedangkan yang menganiaya diri mereka sendiri, adalah mereka yang akan dihisab selama di Mahsyar, Allah menyelamatkan mereka dengan rahmat-Nya dan ketika itu mereka berkata; “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan kami, sungguh Rabb kami Maha Pengampun dan Dzat yang patut disyukuri.” sampai firman-Nya: …orang yang lemah lagi bodoh. (QS. Fathir: 34 - 35).” (HR. Ahmad)
Dari Abu Sa'id Al-Khudri dari Nabi saw., beliau bersabda tentang ayat ini: "Kemudian Kitab (Al-Qur’an) itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan serta diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan." (QS. Fathir: 32) beliau bersabda: "Mereka semua tingkatannya sama, mereka semua di surga." (HR. Tirmidzi)
Al-Maghfurlah KH. Maimoen Zubair pernah menjelaskan, bahwa para penghafal Al-Qur’an (hafidz/hafidzah) memiliki kecenderungan berbeda-beda. Mereka yang menghafal Al-Qur’an tidak selalu shalih. Beliau menjelaskan, bahwa tiga kecenderungan para penghafal Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Pertama, dhalimun li nafsih ialah penghafal Al-Qur’an namun dhalim (menganiaya) terhadap diri sendiri dengan tindakan maksiatnya.
Kedua, muqtashid ialah penghafal Al-Qur’an dengan jumlah dan mutu amal ibadahnya sedang-sedang saja.
Sedangkan yang ketiga, sabiqun bil khairat. Mereka ialah penghafal Al-Qur’an yang sukses mengkaji Al-Qur’an, mengamalkan, mengajarkan, dan membimbing orang lain untuk mengamalkan Al-Qur’an.
Walaupun demikian, Allah menyediakan ganjaran bagi mereka (hafidz-hafidzah) berupa surga ‘Adn yang berisi perhiasan berupa gelang-gelang emas dan mutiara. Mereka akan mengenakan pakaian sutra. Namun, melalaikan hafalan Al-Qur’an adalah dosa besar.
Menurut Mbah Maimoen, banyak sahabat Rasul yang tidak hafal 30 juz Al-Qur’an. Akan tetapi mereka hafal surah Al-Baqarah disertai pemahaman maknanya dengan penuh resapan. Sedangkan di zaman sekarang banyak orang hafal 30 juz tetapi sedikit ayat bahkan mungkin tidak satupun ayat yang dipahami dan diresapi maknanya.
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Referensi:
1. Tafsir Al-Misbah, vol. 11, hal. 71-72,
2. Terjemah Al-Qur’an Kemenag RI. (2019)
3. Kitab Musnad Ahmad
4. Kitab Sunan Tirmidzi.
5. Ceramah KH. Maimoen Zubair (Situs PBNU)