Hari ini, Selasa 15 Ramadhan 1442 H. bertepatan dengan 27 April 2021 M., warga nahdliyin kembali kehilangan ulama khosnya. Syaikhuna wa Murabbi Ruhina KH. Sya’roni Ahmadi (Mustasyar PBNU) telah menghadap ke Rahmatullah di usia 89 tahun.
Beliau adalah sosok ulama besar yang ‘alim ‘allamah. Disamping hafal Qur’an dan Qira’ah Sab’ah, beliau juga menguasai ilmu tafsir dan ilmu syariah. Beliau sangat produktif dalam mengarang kitab, di antara kitab karya beliau adalah: Al-Faraid as-Saniyah (tentang paham Ahlussunnah wal Jamaah), Faidl As-Sani (tentang Qira’ah Sab’ah), At-Tasrih al-Yasir fi Ilmi At-Tafsir (tentang ilmu tafsir), Tarjamah Al-Ashriyyah (tentang ushul fiqih), Tarjamah Tarsil at-Turuqat (tentang ilmu manthiq), dan masih banyak lagi.
Teringat kembali beberapa tahun silam saat saya semobil dengan beliau. Waktu itu, kebetulan beliau diaturi (diminta) untuk mengisi seminar tentang Ahlussunnah Wal Jamaah di Auditorium PTYQ Pusat sekitar tahun 2005. Seminar ini adalah bagian dari program Departemen Litbang PTYQ Pusat.
Sebagai salah satu panitia, saya ditugaskan menjemput dan mengantar beliau. Saat di mobil itulah, saya merasakan keramahan dan kerendahan hati beliau. Beliau sama sekali tidak pernah menampakkan diri sebagai sosok ulama besar. Bahkan, beliau tidak canggung guyon dengan sopir ndalem dan saya.
Saat kepulangan dari PTYQ Pusat, sepanjang perjalanan beliau menikmati rokok diplomatnya dengan santai. Namun menjelang sampai di ndalem beliau, tiba-tiba beliau membuang rokoknya yang sebenarnya masih ada separoh batang. Beliau lalu berujar seraya tersenyum (guyon), “Kalau saya di rumah, ibu melarang saya merokok, jadi kalau saya merokok terkadang ya sembunyi-sembunyi”. Dari kisah ini, saya bisa merasakan bahwa beliau sangat menghargai istri beliau.
Sekitar tahun 2006, Alhamdulillah saya berkesempatan bisa setor ngaji di hadapan beliau setiap Jum’at pagi selepas beliau mengajar kitab Tafsir Jalalain di Masjid Al-Aqsha Menara Kudus. Walaupun hanya dapat beberapa juz saja (tidak sampai khatam), tetapi saya meyakini bahwa beliau tetap mendoakan murid-muridnya. Semoga saya yang faqir ini juga mendapat limpahan doa dari beliau dan diakui sebagai salah satu murid beliau.
Baca juga: Biografi KH. Sya'roni Ahmadi
Alhamdulillah, atas kehendak-Nya, sekitar tahun 2018, saya bisa kembali bertemu dan memandang wajah beliau. Waktu itu, saya dan tim dengan didampingi Habib Umar Al-Munawar (Pimpinan PT. Karya Toha Putra Semarang) sowan di ndalem beliau untuk berkonsultasi tentang kitab Tafsir Jalalain. Karena keadaan beliau yang sudah sepuh karena usia lanjut, sehingga beliau didampingi oleh cucu beliau dalam berkomunikasi dengan kami. Dan itulah, terakhir kali saya bertemu dan memandang wajah beliau serta didoakan oleh beliau. Lahu al-Fatihah...
Wallahu A'lam
Al-Faqir Ila Rahmati Rabbih
Saifur Ashaqi
Kaliwungu Kota Santri
ADS HERE !!!