Firman Allah Swt. :
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” (QS. Saba’: 39)
Ayat diatas adalah penegasan bahwa perolehan rezeki seseorang tidak ada kaitannya dengan murka atau cinta Allah kepada seseorang. Sebab, seandainya perolehan rezeki disebabkan Allah suka atau tidak suka terhadap seseorang atau berdasar usaha dan kepandaian seseorang, niscaya tidak akan terjadi perbedaan dalam perolehan rezeki bagi seseorang.
Ayat di atas sekaligus menjadi bantahan atas pandangan negatif kaum musyrikin terhadap keadaan perolehan rezeki kaum muslimin. Seakan ayat di atas menyampaikan bahwa tidak semua yang beriman sempit rezekinya, melainkan ada di antara mereka yang berkecukupan, misalnya saja Utsman bin Affan, Zubair bin Al-Awam dan sebagainya. Dan kalau sekiranya menemui orang beriman yang sempit rezekinya, itu bukanlah hal yang negatif jika mereka tetap konsisten berada di jalan yang benar serta mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa lapang dan sempitnya rezeki yang diterima seseorang lebih kepada hikmah yang terkandung dalam tindakan-Nya yang hanya diketahui oleh-Nya. Terlebih lagi ukuran rezeki bukan dari banyak atau sedikitnya, melainkan tergantung dari hati orang yang menerimanya. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: “Sungguh amat beruntunglah seorang yang memeluk Islam dan diberi rezeki yang cukup serta qana‘ah (merasa cukup) terhadap apa yang diberikan Allah.” (HR. Muslim)
Wallahu A’lam
Oleh: Saifur Ashaqi
Referensi:
1. Tafsir Al-Misbah, vol. 10, hal. 633
2. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3, hal. 940
3. Kitab Sahih Muslim
ADS HERE !!!