“Dan orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair putra Allah’ dan orang-orang Nasrani berkata, ‘Al-Masih putra Allah’. Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?. Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah : 30 – 31)
Uzair adalah seorang pendeta (orang alim) Yahudi dan penulis terkenal yang menetap di Babilonia sekitar tahun 457 SM. Dia mendirikan perpustakaan besar, mengumpulkan bagian-bagian kitab suci (Taurat), memasukkan huruf-huruf Caledonia, menggantikan huruf-huruf Ibrani kuno, dan menyusun kitab-kitab besar tentang peristiwa Sifrul Ayyam, Ezra dan Nehemia (bagian dari Perjanjian Lama). Secara garis besar, masanya merupakan musim semi bagi agama Yahudi. Ia patut disebut penyebar syariat Yahudi. Ia telah menghidupkannya kembali setelah sekian lama dilupakan oleh orang-orang Yahudi. Atas dasar inilah orang-orang Yahudi menyucikannya, sehingga sebagian orang Yahudi Madinah menjulukinya dengan “Anak Allah” (Ibnullah).
Penyandaran perkataan “Uzair putra Allah” kepada mereka secara keseluruhan, meskipun perkataan itu keluar dari sebagian mereka, didasarkan atas pandangan bahwa suatu umat saling membahu dalam urusan-urusan umum, apa yang dilakukan oleh sebagian kelompok atau golongan mempunyai pengaruh terhadap keseluruhan umat itu, dan kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian mereka, jika tidak diingkari dan dilenyapkan oleh mayoritasnya, maka mereka semua akan disiksa karenanya, sebagaimana firman Allah Ta‘ala:
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.” (QS. Al-Anfal : 25)
Perumpamaan siksaan ini seperti wabah yang menimpa suatu bangsa, karena terlalu banyak kotoran dan kurang perhatian terhadap aturan kesehatan. Wabah penyakit ini tidak hanya akan menimpa orang yang kotor dan tidak memperhatikan aturan kesehatan saja, tetapi akan menjalar kepada bangsa secara keseluruhan.
Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., dia berkata, telah datang kepada Rasulullah saw. Salam bin Misykam, Nu‘man bin Aufa, Abu Anas, Syas bin Qais dan Malik bin Saif. Mereka berkata, “Bagaimana mungkin kami akan mengikuti Anda, sedangkan Anda meninggalkan kiblat kami dan Anda tidak mengakui bahwa Uzair adalah putra Allah.”
Telah masyhur di kalangan para ahli sejarah, hingga ahli sejarah dari Ahli Kitab, bahwa Taurat yang ditulis oleh Nabi Musa as. dan diletakkan di dalam atau di samping Tabut telah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman as. Ketika dia membuka Tabut itu yang didapatinya dua buah lauh yang bertuliskan 10 wasiat. Demikian dikatakan di dalam Sifrul Muluk I. Masyhur pula, bahwa Uzairlah yang menulis Taurat dan kitab-kitab lain —sesudah ditawan— dengan huruf Caledonia yang bercampur dengan sisa-sisa bahasa Ibrani yang sebagian besarnya telah dilupakan oleh orang-orang Yahudi. Ahli Kitab mengatakan, Izran menulisnya seperti sediakala dengan wahyu atau ilham dari Allah.
Ringkasnya, seluruh Ahli Kitab mengacu kepada Uzair dalam sandaran agamanya dan asal kitab-kitab sucinya, meskipun sandaran ini lemah. Dalam biografi Uzair yang dimuat di dalam “Encyclopedia Britanica”, dikatakan bahwa dia tidak hanya mengembalikan syariat yang dibakar saja, tetapi juga mengulang seluruh kitab Ibrani yang telah rusak, dan mengulang 70 kitab suci bukan undang-undang (Abu Kuraif). Penulis biografi itu mengatakan, jika dongeng khusus tentang diri Uzair ini ditulis oleh para ahli sejarah dengan penanya sendiri tanpa merujuk kepada kitab lain, maka para penulis zaman sekarang berpendapat bahwa dongeng tentang Uzair telah dibuat oleh para rawi itu.
Wallahu A’lam
Sumber : Tafsir Al-Maraghi
ADS HERE !!!